Jakarta, REPORT INDONESIA – Masyarakat Profesional Madani Indonesia atau MAPMI mengadakan acara Diskusi Publik dengan Tema: ” Tantangan Dan Peluang BUMN Dalam Hadapi Krisis Global “, di Gado Gado Boplo Jl. Gereja Theresia Jakarta Pusat, Hari Selasa (25/9/2018).
Narasumber yang hadir dalam Diskusi Publik Masyarakat Profesional Madani Indonesia diantaranya, Hendrajit (Global Future Institute), Putra Jaya (eks komisi VI DPR RI), Salamuddin Daeng (AEPI), Abra Lalattov (Indef) Perdana Wahyu (Dosen Univ Yarsi).
Dalam acara diskusi MAPMI, Dosen MM Universitas Yarsi, Perdana Wahyu mengatakan bahwa Krisis finansial di Turki dan Australia akan mempunyai dampak terhadap pemerintah Indonesia, BUMN Perbankan masuk dalam resiko sistematik yang artinya berdampak signifikan terhadap ekonomi nasional. Adanya perang dagang yang akan berimbas negative terhadap pemerintah Indonesia serta perang mata uang dolar AS dan China.
“Hutang BUMN hari ini lebih tinggi dari utang negara atau pemerintah, ini akibat dari fenomena stronger global serta perang dagang yang akan berimbas negative terhadap pemerintah Indonesia”, jelasnya.
Peneliti Indef, Abra Lalattov menyatakan bahwa prediksi GP Morgan indikatornya dengan krisis tahun 1998, antisipasinya dengan menahan arus modal asing berdampak semua sektor yang rapuh.
Di tingkat sektor swasta akan melemah dikarenakan rupiah juga melemah dan dengan tingkat pinjaman tinggi akan ada resiko PHK besa- besaran ditengah situasi politik jelang Pileg dan Pilpres serentak di Tahun 2019.
Cerminan kondisi BUMN saat ini adalah akibat dari andil pemerintah di tahun 2014. Untuk itulah yang yang harus dilakukan adalah kembali meluruskan kebijakan kebijakan fiskal, tidak jangka pendek dan tidak di ranah populis.
“Di tengah risiko terjadinya krisis global seperti prediksi Bank of International Settlement dan JP Morgan, BUMN harus segera diselamatkan dari berbagai bentuk intervensi pemerintah yang turut menyebabkan tekanan keuangan BUMN”, jelasnya.