Jakarta, REPORT INDONESIA – Bu Tejo menjadi trending topic, agaknya terutama karena mengambarkan fenomena sosial gonjang-ganjing kehidupan masyarakat, selain dari kualitas artistik yang mumpuni, Masyarakat menjadi heboh berkat akting Bu Tejo yang gencar bergunjing dalam film pendek berjudul Tilik arahan sutradara muda Wahyu Agung presetyo.
Pada film tersebut ditampilkan Bu Tejo melancarkan gunjingan mengenai seorang gadis bernama Dian, yang dikatakannya didapat berdasarkan informasi dari internet. Terlihat betapa gunjingan negatif dapat memberikan efek pembunuhan karakter seseorang.
KERESAHAN MISINFORMASI
Film berjudul Tilik yang diluncurkan di YouTube pada 17 agustus 2020, dalam beberapa hari langsung menjadi perbicangan yang marak di masyarakat. Sebenarnya filmnya sederhana, hanya menampilkan adegan percakapan serombongan ibu-ibu yang sedang dalam perjalanan. Namun menjadi menarik karena film tersebut menampilkan fenomena sosial yang menjadi permasalahan serius yang melanda masyarakat saat ini yaitu gonjang-ganjing misinformasi melalui internet.
Berkat teknologi internet dalam bentuknya sebagai media sosial menjadikan masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan maupun menyebarkan informasi disertai kelebihannya terbuka kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Pada masa lalu, penyebaran informasi terutama melalui media massa yang sifatnya relatif selektif dan cenderung searah, serta seringkali tidak terlalu mudah diakses. Kini dengan adanya media sosial maka setiap orang dapat dengan gampang menyebarkan maupun menerima informasi.
Sekarang ini setiap orang dapat menjadi sumber dan penyebar informasi, namun juga semua orang dapat menjadi sasaran gencarnya arus informasi. Berbagai sarana media sosial seperti WhatsApp, Face Book, Twitter, YouTube dan sebagainya dapat dengan mudah diakses dan digunakan. Selanjutnya penetrasinya sedemikian masif serta meluas hingga mengapai sampai masyarakat perdesaan seperti yang digambarkan melalui tokoh Bu Tejo.
Memang berkat media sosial membawa manfaat informasi menjadi mudah didapat, bahkan tersedia informasi yang melimpah. Namun kenyataan ini dapat memberikan dampak buruk berupa kekacauan informasi bahkan misinformasi. Dapat terjadi ekstrapolasi informasi berdasarkan informasi yang sebenarnya belum lengkap, bahkan mungkin berlangsung pula penafsiran yang keliru. Lebih parah lagi kalau ada yang menyebarkan hoax yaitu informasi tidak benar yang dengan sengaja disebarkan.Survei Masyarakat Telematika Indonesia di tahun 2019 menunjukkan saluran penyebaran hoax terbanyak melalui media sosial yaitu sebesar 87,5%.
Apalagi di era post truth dengan informasi yang disampaikan secara bertubi-tubi, seringkali menimbulkan keadaan dimana keyakinan lebih berperan dari realitas. Dapat terjadi fakta menjadi diabaikan karena sudah tertutupi dengan persepsi yang dibangun. Beberapa penelitian menunjukkan, informasi yang diberikan secara terus menerus dan monoton melalui internet ternyata efektif menggugah emosi baik positif maupun negatif tergantung jenis informasinya. Terlebih lagi kalau memang direkayasa melalui mereka yang berprofesi membombadir misinformasi, entah sebagai buzzer atau pun influencer dengan bayaran yang lumayan.
Limpahan informasi menyebabkan masyarakat tidak mudah menentukan mana yang benar dan mana yang keliru atau malah bohong, apalagi kalau penyebaran informasi merupakan bagian dari proses konflik, dalam mana masing-masing pihak menyatakan bahwa informasinya yang benar. Selanjutnya seringkali misinformasi oleh sementara orang tanpa disaring dahulu langsung disebarkan. Secara manusiawi sering muncul keinginan mencari perhatian bahkan menyebarkan informasi yang heboh dan seru karena dipandang sebagai sesuatu yang eksklusif dan perlu segera disebarkan agar jangan keduluan orang lain.
Keadaan ini menimbulkan gonjang ganjing misinformasi dan sebagai akibatnya terjadilah keresahan di masyarakat. Kenyataan inilah yang dengan cara yang sederhana, gamblang, serta menarik ditampilkan secara menohok dalam film Tilik melalui sang tokoh fiktif Bu Tejo.
MENUJU LITERASI MEDIA SOSIAL
Film Tilik melalui tokohnya Bu Tejo berhasil menampilkan fenomena permasalahan sosial gonjang-ganjing misinformasi. Masyarakat disadarkan mengenai buruknya efek misinformasi. Dari film pendek ini masyarakat disadarkan akan perlunya selalu cek informasi.Sebenarnya di era lubernya informasi dan mudahnya menyebarkan serta mengakses informasi, lebih jauh lagi dibutuhkan literasi media sosial yaitu masyarakat agar melek media sosial. Literasi media sosial mengandung makna agar masyarakat mampu secara cerdas dan kritis dalam mengantisipasi informasi media sosial.
Permasalahan utama dari berseliwerannya informasi melalui media sosial adalah sering kurang diperhatikan akurasinya. Dengan demikian untuk mengatasi gonjang-ganjing misinformasi perlu dilakukan pemeriksaan kebenaran informasi. Pemeriksaan kebenaran informasi dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan pada media massa arus utama, mencari informasi dari pihak yang mengetahui dan dapat dipercaya, mencari data-data pendukung, mengevaluasi kredibilitas sumber informasi, serta terdapat pula aplikasi situs web untuk pengecekan kebenaran informasi publik.
Kemudian selanjutnya perlu menelaah informasi dan sumbernya serta maksud penyampaiannya termasuk argumentasi dan latar belakang yang mendasarinya. Sedapat mungkin melihat informasi dalam konteks yang lebih luas dengan membandingkan informasi lainnya, terutama bila terjadi pro dan kontra. Dengan penelaahan yang seksama maka dapat mengambil sikap yang tepat sehubungan dengan informasi yang diterima.
Media sosial bukan saja sekedar sarana komunikasi, namun lebih jauh lagi telah mengubah gaya hidup masyarakat. Dengan adanya media sosial setiap orang dapat dengan mudah menjadi produser konten informasi dan menyebarkannya, maupun meneruskan informasi yang diterimanya. Dalam mengembangkan maupun meneruskan konten informasi perlu dipertimbangkan selain verifikasi bahwa informasi tersebut benar, juga perlu ditelaah bahwa penyebarannya akan memimbulkan dampak yang baik serta diperkirakan akan memberikan manfaat.
Semoga dengan maraknya fenomena Bu Tejo akan membawa kesadaran mengenai perlunya literasi media sosial sehingga masyarakat dapat dengan cerdas dan kritis mengolah informasi.
———————
Penulis: Dr. Paulus Januar, Dosen dan Aktivis Sosial