NTB, REPORT INDONESIA – Ya, adalah Universitas Nusa Tenggara Barat atau disingkat UNTB, khususnya Fakultas Kesehatan Masyarakat yang dipilih Anggota MPR RI Periode 2014 – 2019 itu. Disambut langsung oleh Kepala Biro Kerjasama UNTB Ir. Kemas Usman, M.Si., Sekretaris Fakultas Dr. Karjono, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Murtiana ningsih, M. Kes., para Dosen, Ketua BEM, Ketua Himpunan dan para mahasiswa acara berlangsung meriah.
Senada dengan Ketua BEM UNTB, Kepala Biro Kerjasama UNTB, Kemas menyambut senang kehadiran Anggota Dewan ke kampus ini. “Kami sangat mengapresiasi kehadiran Bapak di kampus ini, salam hormat dari Rektor UNTB yang pada kesempatan sore ini berhalangan hadir karena adanya kegiatan yang lain”. Kemas menyambut gembira dengan acara sosialisasi seperti ini, semoga memberikan pencerahan dan inspirasi bagi para mahasiswa agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan dengan semangat belajar yang tinggi.
Sementara itu Anggota MPR RI, Dr. H. Kurtubi memulai pidatonya dengan memperkenalkan diri mulai dari perjalanan studinya dari SR di Kediri Lombok Barat hingga kemudian bisa menempuh Sarjana di Universitas Indonesia dan berkesempatan memperoleh beasiswa di Colorado School of Mines Amerika Serikat hingga di Perancis, perjalanan karir , menjadi dosen hingga akhirnya masuk dalam dunia politik seperti sekarang ini. Hal ini disampaikan untuk memotivasi para mahasiswa agar lebih giat dalam belajar untuk meraih mimpi mereka.
Empat pilar, menurutnya bukan lagi hal yang harus diperdebatkan lagi sebagai ideologi bangsa Indonesia, keinginan para pendiri bangsa ini sudah cukup jelas bahwa bangsa ini dibangun atas dasar pluralitas berbagai suku dan agama yang bersatu padu merebut kemerdekaan ini, karenanya di dalam melaksanakan demokrasi jangan sampai mengorbankan kepentingan orang/ kelompok lain, melainkan harus tetap menjaga persatuan dan keutuhan bangsa dan negara.
Dalam sesi diskusi pihak universitas mengeluhkan tentang sistem akreditasi yang menurutnya sekarang lebih sulit dan berbayar mahal, jika dulu menggunakan sistem BAN-PT dimana kepengurusannya gratis dan tidak serumit sekarang, sedangkan yang sekarang ini melalui Lembaga Akreditasi Perguruan Tinggi Kesehatan (LA PT Kes) dimana untuk memperoleh password agar bisa akses saja harus sudah membayar 80 juta rupiah. Dan menanggapi perihal ini Dr. Kurtubi akan menyampaikan dan membahasnya dalam rapat dengan Kemenristek Dikti di Komisi VII DPR RI. Sementara itu dari beberapa mahasiswa mempertanyakan tentang bagaimana etika para kaum intelektual dan elit politik dewasa ini terutama menjelang pemilu dimana seolah tidak lagi mengedepankan 4 pilar kebangsaan yang ada. Mereka juga mempertanyakan apakah 4 Pilar Kebangsaan ini masih terjaga dan terlaksana dengan baik?, karena kalau mencermati perkembangan di berita ataupun media sosial saling caci, saling benci, penyebaran hoak dan fitnah berlangsung sedemikian masif. Seorang mahasiswa mengapresiasi Dr. Kurtubi yang berani datang ke kampus melakukan diskusi secara terbuka, menurutnya seharusnya semua caleg perlu untuk masuk ke kampus untuk diuji mahasiswa secara terbuka dalam diskusi semacam ini.
Menanggapi pertanyaan para mahasiswa Politisi NasDem itu menyatakan bahwa kalau bangsa kita ingin maju, berkembang pesat perekonomian dan pembangunannya, seharusnya sudah tidak ada waktu lagi untuk saling serang, saling caci, saling menjatuhkan lawan politik hanya untuk ambisi berkuasa. Tindakan menyebar hoak, fitnah, menebar kebencian adalah tindakan yang sangat merugikan, seharusnya semua komponen bangsa bersama-sama fokus pada tanggungjawab pekerjaan masing-masing, mendorong kreatifitas dan inovasi.
“Pemilu ini adalah ajang demokrasi bukan berarti saling menjatuhkan tetapi harus mengedepankan ide, gagasan dan program kerja. Kebebasan yang ada dalam demokrasi bukan berarti bebas memfitnah, bebas menyebar kebohongan, juga bukan berarti sebebas-bebasnya tanpa aturan” pungkasnya. (Mistqola)