Jakarta, REPORT INDONESIA – Social Media For Civic Education (SMCE) kembali mengadakan acara Diskusi Bersama Insan Media dengan Tema :” Peran Media Mengawal Demokrasi Yang Konstruktif Tanpa Hoax; Upaya Mensukseskan Pembangunan Nasional 5 Tahun Kedepan “. Acara diskusi ini diselenggarakan di Hotel Central Jl. Pramuka Jakarta, Rabu(24/7/2019) dengan beberapa narasumber yang hadir diantaranya, Pengamat Politik Universitas Indonesia, Arbi Sanit, Anggota Dewan Pers dari unsur Tokoh Masyarakat, Agus Sudibyo, Politikus PKB, Abdul Kadir Karding dan Wartawan Senior LKBN Antara, M. Antoni.
Menurut M. Antoni, Wartawan Senior LKBN Antara yang menjadi narasumber pembuka Diskusi menyatakan bahwa kalau kita tidak punya sikap atas informasi yang menyebar itu, maka kita akan menjadi bagian dari orang yang menyebarkan karena ujung-ujungnya kita nanti akan menjadi orang dalam tanda kutip yaitu orang yang dipengaruhi untuk mengafu domba. Ujung-ujungnya yang lebih ektrim lagi perang asimetris.
Sementara itu, dikesempatan yang sama Politisi PKB, Abdul Kadir Karding menjelaskan bahwa untuk menjaga profesionalisme, independensi dan kualitas jurnalisme wartawan di lapangan saat ini dirasakan sudah sulit apalagi sekarang media cetak atau Media elektronik berpacu dengan waktu mengejar ketertinggalan dari media online.
“Usul saya ke depan dalam rangka membangun demokrasi kita, media harus tetap menjaga mutu dan kualitas dinamisme,” ungkapnya.
Politisi PKB, Abdul Kadir Karding menyatakan bahwa jika bicara soal independensi dan profesionalisme, untuk menghindari keberpihakan pemilik media maka kesejahteraan dan kualitas hidup wartawannya harus ditingkatkan, aturan main antara pemilik media dan kode etik jurnalis harus dijalankan agar terhindar dari degradasi yang terus-menerus. Kedua, adanya media yang terpolarisasi sehingga berpotensi terjadinya hoax. Hal yang lebih penting lagi adalah pentingnya meningkatkan literasi pada masyarakat Indonesia.
“Saya kira regulasi yang kita pelajari harus kita perbaiki bagaimana caranya menutup ruang-ruang fitnah dan ruang-ruang yang kira-kira bisa berakibat kepada menciptakan kemudharatan bagi bangsa kita,” ungkapnya.
Sedangkan Agus Sudibyo, Anggota Dewan Pers dari unsur Tokoh Masyarakat juga menjelaskan bahwa melihat peristiwa politik di Indonesia seperti adanya pertemuan Megawati dan Prabowo merupakan satu peristiwa penting dan menarik serta simbolik. Makna yang cukup dominan adalah rekonsiliasi atau relaksasi politik.
Agus Sudibyo juga memiliki harapan besar agar dalam situasi seperti itu, pers perlu berperan dalam rangka memuluskan dan menguatkan proses relaksasi politik. Hal ini perlu dilakukan pasca pemilu yang penuh gejolak.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Politik Universitas Indonesia, Dr. Arbi Sanit menyatakan dengan tegas tentang adanya kemunduran demokrasi saat ini menyebabkan banyaknya perdebatan dan ketidakpuasan sehingga menjadi sumber keributan dan demontrasi serta kritik. Apapun mungkin bisa terjadi dalam 5 tahun kedepan yang akan menghasilkan opini-opini atau pendapat-pendapat bohong maupun jujur yang dipompa oleh teknologi baru.
Pengamat Politik UI ini berharap kedepan lebih baik dicarikan solusi, jangan dipidanakan karena kalau dipidanakan sangat keterlaluan. Solusinya adalah dengan dengan masuk ke bidang pendidikan, memberikan penerangan dan melatih manusia-manusia Indonesia untuk lebih siap menghadapi perubahan-perubahan teknologi dan perubahan perubahan komunikasi. (Red)