Home Report Selamat Jalan Bung Tolleng !

Selamat Jalan Bung Tolleng !

0
SHARE
Rahman Tolleng. Sinjai 5 Juli 1937 - Jakarta 29 Januari 2019.

REPORT INDONESIA, JAKARTA. Mantan Aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMS) Bung Rahman Tolleng, telah meninggal dunia di usia yang belum genap 82 tahun pada Selasa, 29 Januari 2019 pukul 05.25 pagi ini dengan didampingi istri, dua anak, dan tiga cucunya di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat.

Bung Tolleng yang dikenal baik sebagai tokoh aktivis 66, akan dibawa ke rumah duka di Jalan Cipedes Tengah No 133, Bandung, Jawa Barat, untuk dikebumikan.

Menurut penuturan Tati Tahman, Istri mendiang Rahman Tolleng, mendiang almarhum memang sudah belasan tahun menderita sakit komplikasi gagal ginjal, jantung dan gula.

Di dunia medsos, ucapan duka juga datang dari berbagai kalangan “Rahman Tolleng, aktivis Gerakan Mahasiswa Sosialis (GMSos) sejak akhir tahun 1950-an meninggal pagi ini di Jakarta. Pejuang demokrasi yang konsisten, tanpa pamrih, berkali-kali gagal tanpa putus asa. Sahabat yang tak selamanya,” ujar Goenawan Mohamad melalui akun twitternya @gm_gm .

“Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Duka yang amat dalam pagi: telah meninggal dunia sahabat, kakak dan guru saya A. Rahman Tolleng. Nama yang akan tercatat dalam sejarah politik Indonesia. Saya akan selalu kenang, diskusi dan obrolan politik kita. Selamat jalan Bos,” ungkap M. Chatib Basri, Mantan Menkeu melalui akun twitternya @ChatibBasri.

Ditemui Report Indonesia di bilangan senayan, Bobby Ciputra (atau akrab disapa Nusantara Nadiar) Ketua GMS (Gerakan Mahasiswa Sosialis) UNAS 2006 ini terlihat terkejut mendengar berita duka ini. Bung Nusantara juga menjelaskan bahwa Bung Tolleng adalah sosok yang dihormati para aktivis.

“Pada tahun 2011, saya pernah di ajak Bang Tolleng untuk turut aktif di Partai SRI. Tapi saya diminta untuk membesarkan organisasi underbone kepemudaannya, namanya Asosiasi Pemuda Independen pada saat itu saya ditunjuk sebagai Presidium Jakarta.” tutur Bung Nusantara.

“Setau saya, Kalau lagi sedang diskusi gitu, Bang Tolleng tidak suka jika ada anak muda yang menyebutkan bahwa Negara kita ini Gemah Ripah Loh Jinawi, katanya anak muda itu harus berjuang, jangan terbuai dengan istilah-istilah uthopis. Dan enaknya, semasa hidup kalau kita berkunjung ke rumahnya, beliau suka ngasih-ngasih buku ke kita.” pungkas Bung Nusantara.

Kemudian Bung Nusantara juga mengajak semua anak muda yang pernah dan belum mengenal beliau secara langsung, untuk mendoakan almarhum Bung Tolleng “Kita telah kehilangan seorang tokoh pergerakan, dan sampai kapan pun tidak akan ada yang bisa menggantikan sosok beliau, mari kita doakan, semoga Almarhum Bang Tolleng diampuni segala kesalahannya yang disengaja maupun tidak disengaja, Aamiin.”

Untuk diketahui Rahman Tolleng semasa hidupnya pernah menjadi Kader PSI (Partai Sosialis Indonesia) dan Bung Tolleng pernah juga menjabat sebagai Direktur Penerbitan Grafiti Pers pada 1991.

Selain itu Rahman Tolleng yang lahir di Sinjai, Sulawesi Selatan pada 5 Juli 1937 ini juga mempunyai karir politik diantaranya yakni almarhum pernah menjadi anggota DPR Gotong Royong (DPRGR)/Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 1968-1971. Kemudian menjadi anggota DPR/MPR pada 1971-1974.

Bung Tolleng juga menjadi salah satu saksi sejarah peristiwa 15 Januari (Malari) 1974. Saat itu beliau duduk sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) Suara Berkarya dan juga pernah menjadi salah seorang konseptor Golkar (Golongan Karya) di masa awal Orde Baru dan mendiang Bung Tolleng lebih banyak bermain politik di belakang layar.

Dan mungkin Partai Serikat Rakyat Independen (SRI) yang didirikannya pada 2011, boleh dikatakan merupakan wujud karya politik Bung Tolleng yang terakhir. Partai itu beliau dirikan bersama sejumlah tokoh pergerakan demokrasi, seperti Todung Mulya Lubis, Rocky Gerung, Fikri Jufri, Arbi Sanit, Damianus Taufan, dll.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here