Jakarta, REPORT INDONESIA – Para Syndicate kembali mengadakan acara Diskusi Publik, Syndicate Update Seri Politik dengan Tema :” Presidential Race: Siapa Lawan Tanding Jokowi ?, dengan narasumber Prof. Dr. Syamsuddin Haris, Pengamat Politik LIPI dan Dr. Muhammad AS. Hikam, Dosen President University dan dimoderatori oleh Ari Nurcahyo, Direktur Eksekutif Para Syndicate, pada hari jum’at(6/7/2018) di Kantor Para Syndicate JL. Wijaya 3 No.2 A Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Terkait dengan tema diskusi, Pak Muhammad AS. Hikam memprediksi bahwa Jokowi masih belum ada lawan tanding atau masih belum ada yang mampu menyaingi sampai diatas 20 persen, semua lawannya masih berada dibawah 20 persen.
” Oleh karena itu yang bisa dilakukan saat ini hanya membuat proyeksi saja. Kalau Jokowi sudah jelas menjadi petahana dan akan melanjutkan dan posisi Jokowi kalau dilihat dari survey terkait dengan elektabilitas, popularitas dan calon wakil Presiden pendamping Jokowi yang paling disukai ada 3 komponen, yaitu elit politik, opinion leaders maupun publik, Jokowi masih unggul dibandingkan dengan lawannya misalnya seperti Prabowo,” jelas Muhammad AS. Hikam kepada reportindonesia.com.
Menurut Muhammad AS. Hikam, oleh karena itu kita kesampingkan ini, jadi lebih menonjolkan siapa yang akan jadi lawan proyeksi. Nah proyeksi selama ini belum memperhitungkan adanya potensi-potensi dari mereka yang mencalonkan atau yang dideklarasikan sebagai calon Presiden, mulai dari Prabowo, kemudian Amien Rais, Gatot Nurmantyo, yang dispekulasikan seperti AHY, Anies Baswedan.
” Tetapi menurut saya, semua prediksi-prediksi atau proyeksi yang menjadi lawan Jokowi itu harus diuji dengan satu hal yaitu aturan main secara Undang-undang. Nah apa yang saya maksud itu bahwa Undang-undang Pilpres itu mengharuskan seorang Capres harus diusung Parpol atau gabungan Parpol yang mempunyai 20 persen kursi di DPR. Kalau dilihat dari situ tampaknya secara hitungan konservatif saya adalah tidak mungkin lebih dari satu pasangan calon Presiden. Jadi untuk membuat poros ketiga secara teoritis masih mungkin, tetapi secara kenyataan akan sulit,” ungkap Muhammad AS. Hikam.
Dalam Pilpres 2019, menurut prediksi Muhammad AS. Hikam adalah kesulitannya bukan pada Jokowi atau Cawapres Jokowi, tetapi pada bagaimana kelompok oposisi mencari pasangan yang tepat. Sebab resikonya kalau sampai bulan Agustus 2018 masih belum jelas siapa calonnya dari lawan Jokowi, maka nantinya bakal menghadapi kotal kosong, dimana Jokowi akan menjadi calon Presiden tunggal. (Mistqola)