Home Report Diskusi Publik Para Syndicate:” Perang Wacana Kampanye Pilpres Antara Kedangkalan Versus...

Diskusi Publik Para Syndicate:” Perang Wacana Kampanye Pilpres Antara Kedangkalan Versus Kedalaman Visi “

0
SHARE

Jakarta, REPORT INDONESIA – Para Syndicate kembali menggelar acara Syndicate Update Serial Diskusi Publik dengan Tema :” Perang Wacana Kampanye Pilpres Antara Kedangkalan Versus Kedalaman “. Acara Diskusi Publik diadakan pada hari Jum’at(9/11/2018) di Kantor Para Syndicate JL. Wijaya Timur 3 No.2 A Jakarta Selatan.

Narasumber yang hadir diantaranya Tri Agung Kristanto, Wakil Redaksi Pelaksana Harian Kompas, Irfan Junaidi, Pemimpin Redaksi Harian Republika dan Agus Sudibyo, Direktur Eksekutif Indonesia New Media Watch. Dengan Moderator Ari Nurcahyo, Direktur Eksekutif Para Syndicate.

Menurut  Tri Agus Kristanto, Wakil Redaksi Pelaksana Harian Kompas, dari hasil Jajak pendapat di Harian Kompas yang telah dipublikasikan pada Tgl 15 Oktober 2018, ternyata dari seluruh responden yang diinterview hanya 15,8 persen yang tahu visi, misi dan program dari pasangan Capres-Cawapres No Urut 1, Jokowi-Ma’ruf Amin. Sementara dari pasangan Capres-Cawapres No urut 2, Prabowo-Sandiaga Uno hanya 11,6 persen responden yang tahu visi, misi dan program.

Menurut pendapat Tri Agung Kristanto, pertarungan udara nyaris tidal ada artinya apa-apa, ketika kemudian harus berhadapan riel dengan pertarungan di darat. Mengapa ? Karena yang punya suara itu di darat bukan di udara.

” Itu yang kemudian Kompas mencoba mengingatkan kembali massa di darat ini hanya bisa diyakinkan dengan dialog, persuasi dan komunikasi,” jelasnya.

Menurutnya, sekarang ini memang kampanye dialogis belum bisa dilakukan secara terbuka. Namun bisa dilakukan melalui silent operation. Tetapi media seharusnya tahu dengan silent operation ini dan kita menangkap sampai hari ini upaya-upaya itu juga belum sepenuhnya optimal baik dari tim kampanye  Capres-Cawapres No. Urut 1 maupun No. Urut 2.

Sedangkan menurut pendapat dari Pemimpin Redaksi Harian Republika, Irfan Junaidi, terkait dengan pemilu serentak 2019 menjadi positif dan negatif. Positifnya secara anggaran, waktu pelaksanaan dan sistem menjadi lebih efisien. Negatifnya konsentrasi kekuatan politik menjadi tidak fokus. Karena disatu sisi parpol punya kepentingan untuk menggolkan kandidatnya di Pilpres, tetapi disisi lain juga harus bekerja untuk menguatkan legislatifnya.

” Dengan konsentrasi yang terpecah  seperti ini tidak akan berfikir tentang kedalaman konten berdemokrasi. Yang akhirnya jatuh pada kesibukan untuk mengcounter tuduhan-tuduhan yang berbicara pada level image. Karena ini penting untuk menggiring suara, untuk mendapatkan  kursi legislatif partainya, sehingga tidak konsentrasi untuk menggodok programnya dengan baik untuk bisa ditawarkan kepada masyarakat pemilih,” ungkapnya.

Sedangkan Direktur Eksekutif Indonesia New Media Watch, Agus Sudibyo lebih mengedepankan pada pemilih galau atau pemilih bimbang yang potensi suaranya sangat signifikan yaitu sebesar 80 Juta.

Menurutnya, kemenangan Pilpres 2019 ditentukan oleh pemilih galau atau pemilih bimbang ini. Yang memiliki karakter generasi muda, klas menengah, kaum urban dan kalangan berpendidikan dan jika disarikan dalam satu kategori lagi yang disebut Homo Digitalis, yaitu orang-orang dari kelompok milenial yang hidupnya sangat tergantung pada media digital.

” Untuk meraih suara dari kelompok ini, visi, misi dan program Capres-Cawapres utk Pilpres 2019, harus masuk akal dan menyentuh problem milenial dan dikemas dengan media yang menarik, simpatik dan sesuai dengan kosmologi berfikir kaum milenial,” jelasnya.

Menurut Agus Sudibyo, Visi, Misi dan program itu penting dan ia yakin keberhasilan Pilpres 2019 ditentukan untuk menarik simpati pemilih galau dan ia tidak yakin pemilih galau dapat dipengaruhi Hoax.

” Justru pemilih galau akan semakin apolitis jika kedua belah pihak yaitu Capres-Cawapres No. Urut 1 dan 2 melakukan kampanye Hoax. Justru yang bahaya adalah jika yang digarap isu-isu primordial,” tegasnya. (Mistqola)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here