Jakarta, REPORT INDONESIA – Pengamat Politik LIPI, Syamsuddin Haris memprediksi yang berpeluang paling besar sebagai calon kuat Cawapres Jokowi adalah Airlangga Hartarto yang mewakili Ketua Umum Parpol, Mahfud MD yang mewakili dari tokoh masyarakat non Parpol dan Sri Mulyani yang mewakili dari unsur kabinet.
Demikian ungkap Prof. Dr. Syamsuddin Haris, Pengamat Politik LIPI kepada Redaksi Report Indonesia.com sebelum acara Diskusi Publik, Syndicate Update-Seri Tahun Politik dengan Tema :” Presidential Race: Siapa Lawan Tanding Jokowi ?, yang diadakan pada hari Jum’at(6/7/2018) di kantor Para Syndicate JL. Wijaya 3 No.2 A Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Yang hadir sebagai narasumber adalah Prof. Dr. Syamsuddin Haris, Pengamat Politik LIPI dan Dr. Muhammad AS. Hikam, Dosen President University.
Terkait dengan kemungkinan munculnya poros ketiga dalam Pilpres 2019, menurut prediksi Prof. Dr. Syamsuddin Haris cukup sulit untuk terealisasi karena terganjal faktor Presidential Treshold 20 persen.
” Jadi saya menduga kuat hanya tinggal satu. Nah cuma kan sampai saat ini belum begitu kelihatan. Yang tinggal satu itu siapa dengan siapa isi koalisinya partai apa saja, calon Presidennya apa betul Prabowo, apa Prabowo hanya sebagai King Maker saja atau siapa gitu ?. Kelihatannya belum begitu jelas. Oleh sebab itu sangat mungkin pasangan calon itu akan diumumkan pada saat menjelang penutupan pendaftaran Capres dan Cawapres Pilpres 2019, itu sangat mungkin, yaitu pada Tgl 9 Agustus atau Tgl 10 Agustus 2018 yang akan datang,” jelasnya.
Menurut Syamsuddin Haris, jika dilihat dari kondisi politik saat ini adalah di masing-masing pihak saling menunggu, di pihak Jokowi, siapa sih kemungkinan lawan tandingnya, apa betul Prabowo, kalau betul pasangannya siapa ?. Sebaliknya di pihak kubu oposisi juga mau lihat, siapa sih yang akan diajak sebagai calon wakil Presidennya Jokowi, sehingga dengan gambaran situasi semacam itu kemungkinan besar pengumuman Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2019 masih akan lama atau Injury Time. Saling tunggu menunggu, sebab diasumsikan pilihan Paslon itu khususnya Paslon Wakil Presiden diduga kuat punya potensi menaikan atau sebaliknya mengecilkan potensi elektabilitas masing-masing Capres dan Cawapres.
Syamsuddin Haris menyarankan sebaiknya yang terlebih dulu mengumumkan nama Capres dan Cawapres tidak apa-apa, walaupun di pihak Jokowi khususnya PDIP mungkin pada saat Injury Time. Tetapi bagi publik itu tentu dirugikan kalau deklarasi Paslon Presiden dan Wakil Presiden itu waktunya mepet saat diumumkan ke publik, yang tentunya akan menimbulkan pertanyaan, ada apa sih dikalangan elit politik kita ? Kok sebegitu sulitnya menentukan paslon Capres dan Cawapres, sehingga mesti ditunda sampai menjelang penutupan pendaftaran paslon Capres dan Cawapres. (Mistqola)