Home Report Anggota MPR Zulfikar: Perlu Refleksi Nilai Kebangsaan

Anggota MPR Zulfikar: Perlu Refleksi Nilai Kebangsaan

0
SHARE

Jakarta, REPORT INDONESIA – Sejak masyarakat Indonesia menikmati kebebasan berdemokrasi pasca tumbangnya rezim Orde Baru 1998, diskusi dan sosialisasi intensif mengenai empat pilar kebangsaan tetap mengemuka walau dengan warna berbeda.

Sayangnya sosialisasi empat pilar sekarang ini lebih didominasi oleh lembaga pemerintah dan minim pembahasan dan diskusi dilakukan oleh kalangan akademisi dan kampus. Karena sifatnya ‘ekslusif’ terkesan pembahasan empat pilar kebangsaan lebih bersifat normatif. Akibatnya, pemahaman yang dihasilkan pun cenderung parsial dan partikularistik, tidak utuh dan menyeluruh.

Padahal idealnya keempat pilar kebangsaan wajib dipahami secara komprehensif, agar masyarakat Indonesia bisa menerapkannya secara utuh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Benang merah pernyataan itu disampaikan anggota MPR/DPR RI Fraksi Demokrat, Zulfikar Hamonangan saat acara diskusi sosialisasi empat pilar kebangsaan dihadapan tokoh dan masyarakat umum diwilayah Kunciran, Kota Tangerang beberapa waktu lalu.

Menurut Zulfikar, politisi Senayan dapil Tangerang Raya, akibat tidak komprehensifnya pemahaman masyarakat terhadap empat pilar kebangsaan membuat masyarakat memiliki keterbatasan pemahaman. Akibatnya individu masyarakat punya tafsir yang berbeda saat menanggapi sebuah isu yang berkembang dalam pentas lokal dan nasional. Walaupun begitu menurut Zulfikar yang juga ketua umum AMPD, sayap organisasi partai Demokrat, nilai-nilai toleransi dan budaya di masyarkat masih menghormati perbedaan tradisi, bahasa, adat-istiadat, etnis dan agama sebagai Kebhinnekaan yang harus dihargai.

Baginya pandangan umum semacam ini akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menyuburkan semangat kerukunan, serta menyuburkan jiwa toleransi dalam diri setiap individu.

Menurut Bang Zul, demikian biasa disapa, fanatisme berlebihan dalam kehidupan bermasyarakat modern tidaklah mungkin bisa dihilalangkan, akan tetapi bukanlah menjadi kendala karena nilai-nilai toleransi antar masyarakat melekat dengan kuat. Tinggal kita kelola saja fanatisme berlebihan menjadi energi positif yang memperkaya khasanah kebangsaan.

Masyarakat Indonesia harus sadar bahwa perbedaan merupakan keniscayaan yang harus dihormati, terpenting dari itu nilai kebangsaan dimasyarakat sejatinya sudah melebur dalam semangat kebangsaan, sehingga tidak lagi menjadi halangan untuk menjalin kebersamaan demi meraih cita-cita bersama.

Belajar dari beberapa kasus yang terjadi belakangan ini, Bang Zul berharap, sudah saatnya bangsa Indonesia merefleksikan empat pilar kebangsaan dalam kehidupan nyata agar energi positif tercipta dalam atmosfir berbangsa dan bernegara. (Red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here