Jakarta, REPORT INDONESIA – Isu SARA yang kerap dinarasikan buzzer belakangan ini telah meruntuhkan nilai-nilai persaudaraan dan kebhinekaan, yang menjadi ciri khas Indonesia.
Apalagi narasi negatif yang diracik menstigmakan agama dan kelompok tertentu, yang merubah wajah Indonesia yang sebelumnya tentram menjadi bergejolak.
Untuk mencegah masalah itu semakin membesar, peran empat pilar kebangsaan, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika wajib terus disosialisasikan diseluruh lapisan masyarakat.
Pernyataan itu disampaikan anggota MPR RI Fraksi Demokrat Zulfikar Hamonangan, dihadapan tokoh dan ratusan mayarakat Neglasari, KotaTangerang dalam acara sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR.
Menurutnya Sejarah mencatat, lahirnya Semboyan nasional Bhineka Tunggal Ika (beraneka ragam, tetapi satu) merupakan buah pemikiran yang panjang dari para pendiri bangsa (founding fathers) dengan didasari pada pertimbangan pluralitas masyarakat Indonesia.
Semboyan nasional ini menjelaskan realitas yang paling dalam dari bangsa Indonesia. Tercatat ada sekitar 17 ribu pulau besar dan kecil serta 300 kelompok etnis serta 50 bahasa yang berbeda. Belum lagi, dari sisi keagamaan, hidup agama-agama besar dan agama suku yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kebhinekaan Indonesia tidak mengenal batas mayoritas dan minoritas dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebhinekaan Indonesia lebih kepada perwujudan masyarakat yang beradab dan sejahtera.
Zulfikar yang juga ketua umum AMPD, menegaskan masyarakat yang beradab dan sejahtera tidak akan pernah bisa terwujud dengan sendirinya, jika ditengah kehidupan masyarakat bangsa Indonesia mengalami berbagai konflik sosial dan moral, seperti yang terjadi belakangan ini.
Menurutnya realita kehidupan bermasarakat saat ini dalam hal toleransi dan berkeadilan yang beradab semakin memudar, demi kepuasan prestise golongan.
Padahal kalau kita melihat masa perjuangan pergerakan kemerdekaan, realitas sejarah telah mengilhami para pejuang kemerdekaan dalam mencari formulasi yang tepat untuk dijadikan fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Salah satunya perjuangan pendiri Partai Serikat Islam, Haji Oemar Said Cokroaminoto, yang menggali nilai-nilai perjuangan ajaran Islam, yang melahirkan formulasi tentang Islam dan Nasionalisme sebagai dasar dalam perjuangannya mengangkat harkat kaum pribumi, tanpa melihat perbedaan agama golongan dan suku” ujar bang Zul.
Zulfikar yang juga ketua BPJK DPP Partai Demokrat juga menghimbau agar pemerintah bersikap bijak dalam menyikapi isu-isu agama di Indonesia dan tidak memberi stigma negatif kepada kelompok tertentu yang ingin mengkritikisi setiap kebijakan pemerintah.
Bang Zul berharap negeri ini harus bebas dari buzzer politik. Kehadiran mereka kerap membuat gaduh, mereka gemar menstigmakan agama, etnis, suku dan golongan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
“Kita tidak mau ada preseden buruk kedepannya dinegeri kita tercinta ini. Semua sudah final manakala kita sepakat empat pilar kebangsaan menjadi perekat dan penopang berbangsa dan bernegara di Indonesia” ujarnya tegas.(Red)