Home Profile PLTN, Energi Bersih Penopang Industrialisasi

PLTN, Energi Bersih Penopang Industrialisasi

0
SHARE

Jakarta, REPORT INDONESIA – Di Indonesia, era PLTN diharapkan bisa dimulai tidak lama lagi ditengah arus besar kebijakan  energi dunia yang mengarah pada penggunaan Energi yang Bersih dan ramah lingkungan. Diharapkan bisa dimulai pada periode ke-2 kepresidenan Jokowi dimana  ekonomi diharapkan bisa tumbuh lebih tinggi menuju pertumbuhan diatas 7%. Ini perlu agar kita bisa mengejar ketertinggalan kita dari Korea, Jepang dan China, namun dengan energi yang bersih. Agar ekonomi bisa tumbuh lebih cepat maka listrik yang tersedia harus cukup, reliable dan stabil menghasilkan lustrik dlm 24 jam. Pasalnya,  semua pabrik/industri beroperasi 24 jam. Sementara EBT seperti Tenaga angin, surya, biomas dan lain-lain yang kita butuhkan karena bersih sama dengan energi nuklir/ PLTN. EBT dari tenaga angin, surya dan lain-lain. kurang tepat untuk menjadi andalan industrialisasi karena tidak stabil dan sangat tergantung pada teknologi baterai yang berpotensi juga merusak lingkungan. Namun EBT tetap harus dikembangkan. Sedangkan PLTN selain bersih juga stabil 24 jam sehingga tidak membutuhkan baterai. Teknologi PLTN terus berkembang utk semakin aman dan semakin murah. Indonesia dengan potensi Uranium dan Thorium yang besar, sangat tepat untuk segera mulai mengembangkan PLTN. Kebijakan energi jaman NOW harus melipatgandakan pemakaian energi bersih dari EBT dan segera mulai memakai energi dari PLTN dengan emisi karbon yang  sangat rendah, hanya sekitar 0.1 grm dari setiap pemakaian 1 kwh listrik dari PLTN. Sementara setiap 1 kwh listrik dari PLTU dan PLTD menghasilkan 1000 gram dan 800 gram emisi karbon. Dalam sejarahnya, meski Jepang merupakan satu-satunya negara yang pernah merasakan dahsyatnya radiasi bom nuklir, bahkan meski Jepang juga termasuk negara yang berada diatas ‘ring of fire’ , Jepang tercatat sebagai  salah satu negara yang sejak dini memutuskan memanfaatkan PLTN. Data menunjukkan industri dan ekonomi Jepang tumbuh sejalan dengan pertumbuhan jumlah PLTN nya. Musibah Fukushima disebabkan oleh tsunami dimana  teknologinya termasuk teknologi “jaman OLD” (yakni PLTN Generasi ke II dan Chernobyl termasuk generasi I). Musibah Fukushima sempat menghentakkan Jepang dan dunia. Disisi lain Kejadian tersebut telah memicu para ahli nuklir untuk melakuan inovasi mencari solusi apabila PLTN dilanda tsunami. Kini telah lahir PLTN Generasi IV yang sudah sangat aman dan dengan costs yang lebih murah. Sejarah kemajuan Korea juga mirip dengan Jepang bahwa GDP Korea sangat berkolerasi dengan jumlah kapasitas PLTN nya. Kini Korea sudah mampu mengekspor PLTN dan masuk Club Negara Industri Maju seperti Jepang. Contoh negara yang saat ini akan menjadi Negara Raksasa Industri Maju adalah China. China mulai membangun PLTN Pertama kali sekitar tahun 1980-an dengan membeli teknologi dari luar. Dalam 2 sampai 3 dekade terakhir ini  jumlah PLTN terus bertambah hingga saat ini menjadi sekitar 30 unit. Minggu kemarin kami menjadi bagian dari delegasi  ASEAN Energy Center diundang mengunjungi PLTN Fangchenggeng di China dimana sedang dibangun 4 unit PLTN melengkapi 2 unit yang sudah beroperasi sehingga akan menjadi 6 x 1200 MW. Semua dibangun dengan teknologi dan komponen yang sepenuhnya dibuat sendiri. Kemajuan China dibidang teknologi, inovasi dan industri Nuklir  sangat mencengangkan rombongan delegasi. Dari yang semula pengimpor PLTN kini menjadi bagian dari negara pengekspor PLTN termasuk teknologi nuklir non energi dibidang kesehatan, pertanian, kabel listrik dan lain-lain. Tak ayal lagi, kemajuan ekonomi China tidak bisa dilepaskan dari kemajuan industri berbasis nuklir serta kemampuannya menyediakan listrik yang cukup dan stabil dalam menunjang proses industrialisasi yang saat ini sedang berlangsung.

Penulis : Dr. Kurtubi, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Nasdem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here