Jakarta, REPORT INDONESIA – Meski sudah sangat terlambat, akhirnya Kereta Api Bawah Tanah akan beroperasi di Jakarta. Jenis angkutan umum ini pertamakali dibangun di London dikenal sekitar 100 tahun yang lalu. Jenis angkutan umum ini di London dikenal dengan nama UNDERGROUND. Di Paris, Tokyo, New York, dan lain-lain dikenal dengan nama METRO dan di Singapura dengan nama MRT – Mass Rapid Transportation. Kini Transportasi Massal dengan menggunakan Kereta Api Bawah Tanah ini akan menjadi bagian dari Sistem Transportasi Umum di Jakarta. Dengan menggunakan nama MRT, ini meniru penamaan yang dipakai di Singapura.
Selamat Indonesia memasuki era baru dengan KERETA API BAWAH TANAH menjadi bagian dari Sistem Angkutan Umum. Sejenis dengan MRT ini pada saatnya nanti juga akan beroperasi LRT yang saat ini infrastrukturnya sedang dibangun. Energi yang dipakai untuk menggerakkan MRT dan LRT adakah ENERGI LISTRIK. Karena MRT dan LRT beroperasi melayani kebutuhan transportasi masyarakat siang malam selama 24 jam, butuh ketersediaan energi listrik yang STABIL 24 jam tidak boleh mati. Trend dunia mengarah kepada penggunasn energi listrik yang bersih dan ramah kingkungan termasuk untuk Sektor Transportasi. Dunia sedang bersiap-siap secara bertahap akan berpindah menuju pemakaian kendaraan listrik mengganti kendaraan yang menggunakan energi fossil (BBM dan batubara).
Kebijakan Energi Nasional kita harus segera direvisi menyesuaikan diri dengan trend dunia menuju pemakaian Energi Bersih dan Stabil. Selain itu Indonesua lewat Komisi VII DPR RI dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah meratifikasi Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim. Energi Listrik dari Nuklir yang sangat bersih (dengan emisi CO2, NOx, SOx dan debu yang sangat sangat rendah, nyaris nol) sudah seharusnya menjadi bagian penting dari Sistem Kelistrikan Nasional kita. Tidak boleh lagi diperlakukan diskriminatif seperti yang terjadi saat ini dimana PLTN diletakkan sebagai OPSI TERAKHIR. Kita tidak boleh lagi mengekalkan sikap paranoid dan ketakutan berlebihan pada PLTN. Teknologi PLTN termasuk dari Thorium terus dikembangkan menjadi semakin aman, semakin efisien, semakin nyaman dan semakin murah.
PLTN yang menghasilkan listrik STABIL 24 jam dan bersih, tidak bersifat INTERMITTEN sangat pas dan cocok untuk mendukung Sektor Transportasi dan Sektor Industri yang beroperasi 24 jam guna mempercepat negara kita menjadi Negara Industri Maju.
Sedangkan pembangkit yang bersifat intermitten (tidak bisa menghasilkan listrik stabil 24 jam) namun tetap harus dibangun karena ternasuk energi yang bersih meski saat ini biayanya masih sangat mahal, diatas biaya listrik dari batubara dan juga diatas biaya listrik dari PLTN SMR 300 MW. Inovasi Teknologi dan Sistem Pengamanan dari PLTN kapasitas sedang SMR 300 MW ini berbiaya lebih murah dari batubara.
(Penulis : Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Nasdem)