Jakarta, REPORT INDONESIA – Sebagaimana diketahui, Jepang secara geografis terletak di atas Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) dan Jepang merupakan satu-satunya negara didunia ini yang pernah merasakan bagaimana dahsyatnya Bom Atom yang dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia ke 2 di tahun 1945. Namun demikian Jepang termasuk negara pertama (selain Rusia, AS dan Perancis) yang memanfaatkan energi nuklir untuk mempercepat INDUSTRIALISASI di negaranya.
Hingga saat ini Jepang mempunyai 43 PLTN diseluruh Jepang yang merupakan sekitar 20% dari energy mix nya. Pada tahun 2011 PLTN Fukushima yang menggunakan Teknologi PLTN Generasi ke 2, mengalami musibah terkena hempasan tsunami pasca Jepang dilanda gempa besar dengan SR 9. Musibah terjadi bukan karena gempa karena struktur bangunan PLTN didisain tahan terhadap goncangan gempa besar. Akibat musibah PLTN Fukushima, Pemerintah Jepang MENUTUP seluruh 43 PLTN untuk dievaluasi secara keseluruhan termasuk sistem dan teknologi pengaman. Atas dasar evaluasi tersebut, Pemerintah Jepang mengeluarkan Regulasi dan Persyaratan-persyaratan yang lebih ketat terkait sistem dan teknologi safety. Setelah semua PLTN yang ditutup memenuhi persyaratan dan regulasi yang baru, satu persatu dari PLTN yang ditutup tersebut mulai diijinkan beroperasi kembali.
Bahkan kini industri PLTN dengan Teknologi PLTN Generasi 3+ dan Generasi 4, tidak hanya concern dengan peningkatan sistem pengaman, juga mengarah ke teknologi PLTN dengan biaya yang jauh lebih murah atau efisien dari PLTN Generasi 1 dan ke 2. Hitachi dan GE misalnya bekerjasama untuk mengembangkan jenis PLTN SMR dengan kapasitas 300 MW dengan biaya produksi listrik sekitar 3.5 CenUS$/kwh atau sekitar separuh dari biaya produksi PLTU Batubara yang merupakan jenis pembangkit listrik yang paling kotor, paling banyak menghasilkan pollutant termasuk Emisi Karbon yang merupakan penyebab utama terjadinya Perubahan Iklim (climate change). Himbauan Jepang sebagai negara yang terletak diatas ring of fire sekaligus sebagai negara pemakai PLTN untuk mengurangi emisi karbon dengan menggunakan energi nuklir adalah sangat tepat dan relevant untuk dijadikan acuan atau referensi bagi Indonesia yang juga secara geografis terletak diatas ring of fire.
Sebenarnya Bung Karno di awal tahun 1960an sudah mencita-citakan untuk PLTN dibangun di Indonesia. Faktanya hingga hari ini Indonesia masih belum membangun PLTN Komersial. Kita harap periode ke 2 Pemerintahan Presiden Jokowi, sudah semestinya mulai merencanakan secara serius pembangunan PLTN dalam bentuk Road Map dan RUPTL (Rencana Umum Pembangunan Tenaga Listrik) yang pasti untuk menopang dan mempercepat industrialisasi dengan energi yang bersih, stabil, aman dan murah.
Penulis : Dr. Kurtubi