Jakarta, REPORT INDONESIA – Dari hari ke hari terjadi peningkatan drastis jumlah penderita penyakit COVID-19 yang disebabkan virus Korona Baru (SARS-CoV-2). Virus Korona Baru bahkan demikian ganasnya hingga diberitakan beberapa tenaga kesehatan pun juga tertular COVID-19. Dengan demikian perlu ditelaah faktor apa saja yang melatarbelakanginya serta bagaimana mengatasinya.
Penyebaran penyakit infeksi seperti halnya COVID-19 tergantung pada cara penularan, banyaknya virus yang memasuki tubuh, virulensi virus, serta daya tahan tubuh. Cara penularan COVID-19 terjadi melalui infeksi percikan ludah (droplet infection) ketika penderita bicara, bersin, batuk, meludah, dan berdahak. Dalam hal ini setiap penyebab penyakit infeksi membutuhkan jumlah tertentu untuk dapat terjadinya penyakit pada seseorang yang tiap-tiap jenis virus atau bakteri banyaknya tidak sama. Virulensi adalah kemampuan virus untuk menimbulkan penyakit. Bila virulensi suatu virus besar maka dalam jumlah yang sedikit saja sudah dapat menimbulkan penyakit. Selanjutnya timbulnya penyakit dalam diri seseorang juga tergantung kuat atau lemahnya daya tahan orang tersebut. Kombinasi faktor-faktor tersebut yang menentukan seseorang terkena penyakit atau tidak.
Dalam rangka menelaah meningkatnya penularan COVID-19 dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan penyakit TBC paru. Sebagaimana diketahui, cara penularan TBC sama dengan cara penularan COVID-19 yaitu melalui infeksi percikan. Sedang dari segi jumlah, data Kementerian Kesehatan menunjukkan pada 2018 di Indonesia terdeteksi 570. 289 penderita TBC paru.
Dari cara penularan yang sama sedangkan jumlah penderita TBC yang jauh lebih banyak, sebenarnya kemungkinan terkena kuman TBC lebih besar dibanding terkena virus Korona Baru. Pertanyaannya, mengapa penyakit TBC tidak meningkat pesat seperti halnya COVID19. Data dari tahun ke tahun tidak menunjukkan lonjakan penyakit TBC secara eksponensial seperti halnya pada COVID-19. Penderita TBC di Indonesia tahun 2015-2017 sebanyak 330. 727 kasus, 360.565 kasus, dan 446.732 kasus.
Meski kalau dibanding TBC, cara penularannya sama tapi mengapa kenaikannya berbeda, hal ini kemungkinan karena virus Korona Baru virulensinya besar, dan daya tahan tubuh tidak mampu mengatasinya. Virus Korona Baru memiliki virulensi yang besar berarti virus tersebut memiliki kemampuan yang besar untuk menimbulkan penyakit, atau dengan kata lain virus tersebut jenis yang ganas. Bila demikian halnya, maka sedikit saja virus Korona Baru memasuki tubuh sudah dapat menimbulkan penyakit.
Kuatnya virulensi virus Korona Baru diperkirakan menjadi penyebab mengapa terdapat tenaga kesehatan tetap tertular penyakit COVID-19 yang berasal dari pasiennya. Meski mereka sudah mengenakan alat pelindung diri dan menjalankan pengendalian infeksi, namun masih tetap kebobolan. Bandingkan dengan TBC. Selama ini para tenaga kesehatan relatif aman saja dalam menangani pasien TBC. Padahal mereka hanya menggunakan alat pelindung diri berupa masker, dan menjalankan prosedur pengendalian infeksi (infection control) yang umum berlaku.
Berdasarkan kenyataan ganasnya virus Korona Baru, maka yang perlu untuk mencegah penyakit COVID-19 adalah dilakukannya upaya agar jangan sampai virus tersebut memasuki tubuh. Apalagi hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan virus Korona Baru.
Sebenarnya virus Korona Baru sangat lemah. Bila di udara terbuka yang kering akan segera mati, karena untuk bertahan hidup virus Korona Baru memerlukan media yang dalam hal ini medianya adalah air liur. Kemudian dengan sabun apalagi bahan desinfektan, virus Korona Baru akan segera mati. Dengan demikian untuk mencegah penyakit COVID-19 sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya harus telaten. Pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan menghindari kontaminasi virus dan mematikan virus. Menghindari kontaminasi virus dilakukan dengan menghindari kontak, memakai masker, menghindari orang lain bila bersin atau batuk, dsb. Selain itu dalam kehidupan sehari-hari melakukan pembatasan sosial (social distancing and physical distancing) yaitu tidak berdekatan/ membatasi interaksi langsung dalam kehidupan umum. Sedangkan mematikan virus dapat dilakukan terutama dengan sterilisasi menggunakan desinfektan, mencuci tangan, menjaga kebersihan diri, mandi, dan memasak makanan sampai matang.
Mengenai virus Korona Baru memiliki virulensi yang besar mungkin merupakan faktor yang menyebabkan maraknya kasus penyakit COVID-19. Hal ini merupakan kemungkinan yang dapat menjelaskan mengenai apa yang terjadi saat ini, walau masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Namun suatu hal yang pasti, bahwa untuk mencegah COVID-19, sementara vaksin untuk memperkuat daya tahan tubuh hingga saat belum berhasil ditemukan, maka yang dapat dilakukan adalah mengupayakan agar virus Korona Baru tidak memasuki tubuh kita.
Semoga kita dapat secepatnya mampu mengatasi pandemi COVID-19!
——————————–
Penulis: Dr. Paulus Januar, drg, MS adalah pakar kesehatan masyarakat.