Home Profile Negara Semakin Miskin ?

Negara Semakin Miskin ?

0
SHARE

Jakarta, REPORT INDONESIA – Kabarnya Bank Bukopin kini sahamnya mayoritas di kuasai Kookmin of Korea. Bukannya kita anti modal asing tapi modal asing yang di harapkan sebenarnya untuk menciptakan sesuatu yang baru, suatu proyek baru. Bukannya mencaplok aset atau perusahaan yang sudah ada. Apalagi jika masuknya modal asing itu semata mata karena mengambil alih perusahaan yang sakit, yang mismanagement atau yang sedang dalam kesulitan alias mau bangkrut. Tentu memprihatinkan, dan biasanya di beli asing dengan harga murah. Peristiwa seperti ini menambah daftar panjang penguasaan modal asing terhadap aset nasional yang sudah ada. Begitu pula aset aset yang dimiliki negara banyak yang mengalami nasib serupa, jatuh ke tangan asing atau aseng. Singkat cerita, satu
persatu aset nasional, baik swasta atau BUMN lepas ke tangan asing aseng. Padahal dulu Pak Harto tidak melepas satupun BUMN termasuk yang ex peninggalan Presiden Soekarno. Bahkan terus ber tambah dan berkembang jumlah BUMN-nya. Tanpa banyak berhutang. Jumlah direksi dan komisarisnya masing masing antara 3-5 orang saja.
Sekarang BUMN menyusut banyak dan bergelimang dengan Utang. Direksi dan komisarisnya tambun. Sedangkan aset nasional yang lain (yang bukan BUMN) juga sudah amat banyak yang jatuh ke tangan asing. Bukan cuma itu, dulu semasa Pak Harto hampir tidak ada atau jarang ada kucuran dana APBN untuk BUMN yang dikenal dengan istilah PMN (Penyertaan Modal Negara). Istilah lamanya PMP atau Penyertaan Modal Pemerintah.
Tapi Sekarang hampir tiap tahun APBN harus menambah kucuran dananya untuk menolong BUMN. Semua sudah serba terbalik. Negara atau APBN bukannya bertambah kaya dengan BUMN tapi malah terbebani.

Ibarat anak yang mendapatkan banyak harta warisan tapi tidak mampu mengembangkan warisannya. Yang terjadi harta warisannya menyusut dan hutangnya menumpuk. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sang anak. Jangan- jangan kekayaan bersih (net worth) BUMN sudah negatif. Peringatan ini penting sebab saya sebagai pejabat yang pernah bertanggung jawab terhadap BUMN, saya ingat pada tahun 1991 dan 1992, ditugaskan Presiden Soeharto untuk menghitung berapa total aset, utang dan kekayaan bersih ( net worth) BUMN. Meskipun angka angkanya saya lupa, tapi saya masih ingat kesimpulannya bahwa aset bersih BUMN melebihi utang negara. Dan seingat saya, kesimpulan itu disampaikan Pak Harto dalam sidang kabinet. Apakah sekarang kesimpulannya masih sama, mengingat besarnya utang negara dan utang BUMN yang membengkak?
Bila tidak sama berarti dilihat dari kacamata atau ukuran ini, neraca kekayaan negara semakin miskin. Dan saya duga itulah yang sekarang terjadi. Lalu apa yang dibanggakan?

Jakarta, 19 Juni 2020

Penulis: Fuad Bawazier, Mantan Menteri Keuangan RI.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here