Home Bisnis Pembangunan Kilang Baru, Perlu Studi Tapak Yang Tepat

Pembangunan Kilang Baru, Perlu Studi Tapak Yang Tepat

0
SHARE

Jakarta, REPORT INDONESIA – Saya sepakat dengan program  RDMP dibidang migas (yakni Program menambah kapasitas kilang yang sudah ada saat ini/kilang existing) seperti RDMP Kilang Balikpapan, Cilacap dan Balongan, namun saya sebagai Anggota DPR RI Komisi VII saya tidak setuju dengan pembangunan Kilang baru (Grassroot Refinery/GRR) yang akan dibangun di Bontang Kaltim, karena secara nasional lokasi GRR di Bontang tidak akan efisien sehingga dalam jangka panjang akan merugikan Pertamina dan negara, karena:

1). Bahan baku GRR Bontang 100% minyak mentah  (crude oil) import bukan crude oil Kaltim atau crude oil dalam negeri karena produksi crude dalam negeri amat sangat rendah dibawah 800.000 bpd. Saat ini kita harus mengimport crude sekitar 50% dari kebutuhan kilang existing Pertamina. Jika GRR dipaksakan dibangun di Bontang akan menimbulkan biaya yang lebih besar karena harus membangun dermaga jauh menjorok ketengah laut karena kedalaman laut di pantai Bontang sangat dangkal. Padahal crude import harus diangkut dengan kapal tanker minyak yang besar (VLCC) yang membutuhkan dermaga dengan laut yang dalam agar  bisa bersandar.

2). BBM hasil Kilang GRR Bontang diperuntukkan untuk daerah Indotim yang jaraknya dari Bontang sangat jauh. Ini akan menyebabkan ongkos angkut BBM menjadi tidak efisien dan sangat mahal. Daerah yang menjadi sasaran pasar BBM adalah: Bali NTB NTT Timor Leste Maluku Malut dan Papua.

3). Lokasi GRR di Bontang tidak tepat dari segi pemerataan pembangunan dan keamanan nasional. Di Kaltim sudah banyak proyek pembangunan migas seperti saat ini proyek RDMP Kilang Balikpapan dan lain-lain. Sehingga pembangunan Kilang GRR di Bontang tidak sejalan dengan program mengurangi kesenjangan antar daerah. Di Bontang sudah ada industri berbasis gas yang sangat rawan api seperti  LNG Plant, Petrokimia dan Pabrik Pupuk. Apabila ditambah dengan Kilang GRR berkapasitas besar 300.000 bpd, ini akan sangat sangat rawan dan tidak strategis bagi kepentingan keamanan nasional jangka panjang. Misalnya dalam hal terjadi konflik dengan negara tetangga maka ekonomi Indonesia, terutama Indotim  bisa hancur dalam hitungan menit.

Usul Solusi:

1). Lokasi GRR sebaiknya didasarkan atas studi yang kemprehensif dan objektif dengan memperhatikan variable kedalaman laut, jarak ke daerah sasaran BBM dan perlunya menciptakan Daerah-daerah Pertumbuhan Ekonomi Baru. Untuk lokasi GRR yang lebih tepat adalah di Lombok Utara karena lautnya dalam dan jaraknya yang relatif dekat dengan daerah sasaran BBM (Bali, NTB, NTT, Timor Leste dan sebagian Jawa Timur). Sedangkan untuk daerah Papua dan Maluku, sebaiknya Kilang existing di Sorong masuk dalam Program RDMP agar kapasitasnya ditambah. Terlalu jauh jarak antara Bontang dengan Papua dan Maluku.

Dr. Kurtubi, Wakil Ketua Fraksi Nasdem DPR RI Dan Ketua Kaukus Nuklir Parlemen.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here