Home Report Agus Hiplunudin : Indonesia Merupakan Negara Yang Multi Kultur dan Multi Etnis

Agus Hiplunudin : Indonesia Merupakan Negara Yang Multi Kultur dan Multi Etnis

0
SHARE

REPORT INDONESIA, TASIKMALAYA. Kemkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika) dan BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) bekerjasama dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menggelar Sosialisasi Redesain USO bertemakan “Peran TIK dalam Pembangunan Karakter Bangsa dan Ketahanan Nasional” digelar di City-Hotel Tasikmalaya (12/05/18). Acara tersebut dihadiri kurang lebih 300 peserta.

Acara tersebut dihadiri kurang lebih 300 peserta. Salah satu nara sumber Agus Hiplunudin sebagai pengamat Ketahanan Budaya Era Digital menyatakan; bahwa Indonesia merupakan negara yang multi kultur dan multi etnis—sehingga keragaman kebudayaan merupakan salah satu ciri khas Nusantara, dengan masuknya internet terlahir apa yang dikenal sebagai globalisasi.

“Pada era informasi seperti dewasa ini, dalam konsepsi kebudayaan tentunya istilah globalisasi bukan merupakan istilah yang asing, ditandai di mana batas-batas negara seakan telah menghilang, sebab arus informasi sebagai manifestasi dari perkembangan teknologi informasi yang kian berkembang dengan cepat juga pesat, hal ini tentu dapat merubah paradigma atau cara berpikir individu dan masyarakat,” paparnya.

“Begitu pula dengan perkembangan internet yang masif semenjak tahun 1990-an, sangat mempengaruhi perkembangan kebudayaan secara keseluruhan. Melalui internet pula transaksi belanja antara satu orang dengan perusahaan lain di luar negara dapat terjadi. Melalui internet, arus informasi dan komunikasi semakin tidak terbendung, tak terkendali. Internet dapat pula memengaruhi kebijakan politik suatu negara, bahkan secara ekstrim keberadaan internet dapat menghilangkan peran negara,” sambungnya.

Namun, hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan jika masyarakat Indonesia memiliki ketahanan budaya, sebab dengan kebudayaan bangsa semua informasi yang tersaji di dunia digital dapat disari, filterasi. Menurutnya ada poin-poin suatu kearifan lokal dapat menangkal hoax, menghindari individualisme, dan hedonisme yang tengah melanda masayarakat era digital.

“Poin pertama; Kearifan budaya lokal merupakan modal dasar baru yang dapat dipergunakan untuk memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Kedua, konsep yang penting mengenai proses belajar kebudayaan oleh warga masyarakat yaitu; internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi. Ketiga, budaya tradisi herus menonjolkan adanya integritas identitas dan kepribadian bangsa, dalam hal ini ketahanan budaya dilihat dari kekuatan dan daya tangkalnya untuk menolak budaya global yang tidak sejalan dengan kepribadian bangsa,” ungkapnya.

“Suatu budaya dikatakan memiliki ketahanan manakala budaya tersebut memiliki daya tangkal terhadap kebudayaan asing, serta memilki daya tangkal terhadap primordialisme atau kecintaan berlebihan pada daerahnya sendiri, sehingga kecintaan berlebih itu dapat melunturkan kecintaan terhadap negara atau nasionalisme,” sambungnya.

“Pada hakekatnya Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamis masyarakat, berisi keuletan dan ketangguhan sebagai cerminan kemampuan untuk mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki. Hal ini digunakan untuk menghadapi dan mengatasi segala bentuk Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan (ATHG), yang dapat membahayakan integritas, identitas kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan pembangunan nasional. Karenanya perkembangan TIK haruslah diarahkan pada pembangunan karakter agar ketahanan nasional tercipta,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here