Home Profile Sikap Dan Sisi Spiritual Jenderal Purn Gatot Nurmantyo

Sikap Dan Sisi Spiritual Jenderal Purn Gatot Nurmantyo

0
SHARE

Jakarta, REPORT INDONESIA – Diusianya yang sudah diatas 50 tahun tentu pada umumnya kita sudah harus mulai meninggalkan sebagian urusan duniawi, dan lebih memikirkan kekalnya hidup di akhirat nanti.

Konon seperti yang dikisahkan jendral purn Gatot Nurmantyo (GN) adalah terkait dengan pesan almarhum Ayahanda ketika masih hidup & berpesan kepada pak GN agar ketika memasuki usia diatas 50 tahun hendaknya adalah saat dimana sudah harus memikirkan kehidupan akhirat. Jendral GN saat ini tengah menjalankan pesan orangtuanya tersebut, melalui berbagai kegiatan religius & spiritualnya.

Kegiatan bersama kalangan kyai & pesantren diberbagai daerah sesungguhnya sudah dilakukannya sejak masih sebagai perwira pertama di setiap wilayah dimana pak GN bertugas.

Diakhir masa jabatan tertinggi di militer sebagai Panglima TNI yang telah dilaluinya dengan sukses gemilang, pak GN tetap meneruskan silaturahminya bersama kalangan umat muslim. Disanalah dapat dilihat bahwa pak GN menghargai waktu dengan keikhlasan dan semangat berdharma bhakti untuk umat, bangsa dan Negara semata untuk memenuhi janjinya bahwa akan berjuang terus untuk kebaikan & bekal di akhirat kelak.

Bila di tahun politik muncul wacana & keinginan rakyat agar pak GN mencalonkan diri sebagai pemimpin baik sebagai Presiden atau apapun itu, semua karena berangkat dari niat ikhlas berdharma bhakti.

Tidak penting bagi pak GN harus melacurkan diri kepada partai politik karena tidak lagi sesuai dengan tujuan dan sikap/attitudenya. Terlebih lagi bila tidak sesuai dengan pesan almarhum orangtuanya.

Oleh sebab itu kita bisa melihat pak GN dengan iramanya dalam dinamika politik mengalir seperti air, sepenuhnya semata keikhlasan dan menyerahkan semuanya kepada sang PENGUASA,  Allah Swt.

Adalah sikap seorang kesatria dan perwira, yang mendarah daging dalam dirinya bila kita cermati.

Kesantunan yang dimiliki pak GN tak terbantahkan.

Seperti yang kita lihat akhir akhir ini beredar berita & gambar pak GN bertemu seniornya yang telah dianggap sebagai orangtuanya, yaitu mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan sikap hormat kepada SBY & rasa terimakasihnya kepada Allah Swt, maka pak GN berkesempatan mencium tangan SBY.

Adalah tradisi yang baik dan menggambarkan jiwa besar pak GN.

Cium tangan bagi sebagian besar kaum muslimin sudah menjadi suatu budaya.  Tradisi cium tangan ini dijadikan sebagai wujud dari rasa kasih sayang dan penghormatan.

Menyikapi berbagai komentar tentang mencium tangan sebagai sikap hormat begini yang dikatakan pak GN:

“Budaya Adhi Luhung yang sudah banyak ditinggalkan oleh sebagian masyarakat adalah mencium tangan orangtua kita/orang yang telah berjasa, setelah usia 50 tahun saya mengejar sangu (bekal akhirat) buat nanti di alam sana, kalau toh ahirnya saya mendapat mandat/kepercayaan dari rakyat Indonesia dan mendapat Ridho Allah SWT, saya siap memimpin Indonesia, ini sebagai kelanjutan pengabdian saya sebagai prajurit” (*GN)

Demikian sekilas sisi religius & spiritual engineering dari seorang calon pemimpin bangsa yang jelas pada sikap, asal usul bobot, bibit dan bebetnya.

InsyaAllah!

Penulis : Lutfhie GO-SAKTI

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here